Senin, 20 Desember 2010

Ternyata Ada 2 KIMA di Makassar




Siang itu jam dinding rumahku menunjukkan angka 2:30. Saya segera menuju kamar untuk merebahkan diri dari padatnya aktivitas disiang hari.  Belum semenit tiba-tiba handphoneku berdering, “sir kuliah orang sekarang” kata Nanang diujung handphone, “tapi baruji masuk to”? kataku padanya dengan sedikit panik, “ia, di ruang 102 kita kuliah” jawabnya.  Saya bergegas menuju kampus yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah, kurang lebih 10 menit saya tiba dikampus,  ruangan kelas telah penuh sesak.

Hari itu Kamis 30 Oktober 2008 merupakan kuliah perdana mata kuliah Perencanaan Sistem yang dibawakan oleh Pak Kaimuddin.  Dari slide presentasi yang ada di dinding ruangan, terlihat beliau masih menjelaskan bagian-bagian awal dari mata kuliah itu. Alhamdulillah saya tidak terlalu ketinggalan, aku membatin.  Menurut Pak kaimuddin, pendekatan sistem dalam hal ini pemodelan sistem pada awalnya digunakan untuk kepentingan militer amerika. Tiba-tiba ingatanku tertuju pada alat yang bernama GPS (Global Positioning Satellite).  GPS pada awalnya digunakan dikalangan militer amerika, tetapi karena sudah ada teknologi yang lebih baru dan canggih maka barulah teknologi gps itu dilempar kemasyarakat umum.  Saya berpikir jangan-jangan masih banyak teknologi canggih yang digunakan oleh militer amerika dan ketika teknologi itu sudah usang dengan teknologi yang baru dan lebih canggih maka baru barulah teknologi yang sudah usang itu dilempar kemasyarakat umum dan bagi mereka teknologi-teknologi adalah teknologi baru dan canggih.

Pak Kaimuddin masih terus memberikan penjelasan, kali ini beliau menjelaskan mengenai input terkontrol dan tak terkontrol, mengenai output yang diinginkan dan yang tak diinginkan dari diagram kotak gelap pada sebuah sistem.  Tiba- tiba beliau berkata “
ada dua KIMA di Makassar”. Saya begitu kaget mendengarnya, sepengetahuanku KIMA (Kawasan Industri Makassar) itu  hanya ada satu, yaitu yang berada di daerah Daya.  Saya benar-benar  kurang informasi, pikirku sambil menyalahkan diri sendiri.  “KIMA yang pertama yaitu kawasan industri makassar terletak di daerah daya......”, kalau KIMA yang ini saya sudah tahu, tapi KIMA yang kedua dimanakah ia berada ?,saya tidak sabar lagi mengetahuinya, .....“KIMA yang kedua yaitu Kawasan industri Maksiat  yang terletak di jalan N.....,” tiba-tiba kelas menjadi ribut akibat gelak tawa teman-teman.  Belum reda kegaduhan itu, Pak Kaimuddin melanjutkan perkataanya “KIMA yang pertama limbahnya dapat dikontrol tetapi KIMA yang kedua limbahnya tidak dapat dikontrol”, hehe lagi-lagi kami tertawa.  Apa yang dikatakan Pak Kaimuddin itu memang benar, untuk limbah industri, jumlahnyan dapat dikontrol dengan menambah kapasitas intalasi pengolah limbah cair, tapi untuk limbah KIMA yang kedua yaitu penyakit AIDS, sangat berat untuk mengontrolnya.  Selain karena belum ditemukannya obat mampu menghancurkan HIV (obat yang ada sekarang masih pada taraf menghambat pertumbuhan virus), terkadang para korban HIV AIDS dengan sengaja mewariskan penyakitnya ke orang lain maka jadilah limbah KIMA kedua itu makin sulit terkontrol. Mungkin cara yang paling ekstrem adalah menutup KIMA kedua itu, tapi apakah pemerintah kota Makassar berani melakukannya ?

Sekitar pukul 4:30 sore kuliah berakhir, langit mendung, saya bergegas pulang kerumah, pulang dengan tambahan informasi baru bahwa ternyata ada 2 KIMA Makassar.  Mudah-mudah jenis KIMA kedua itu tidak bertambah di kota ini dan alangkah indahnya jika KIMA kedua yang terletak di jalan N....... itu suatu saat ditutup, semoga.


Makassar, 29 Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar