Senin, 27 Desember 2010

Apakah Film Laskar Pelangi Akan Sukses Seperti Film Ayat-Ayat Cinta?

Novel Laskar Pelangi benar-benar menggemparkan dunia sastra Indonesia, novel itu laris dimana-mana bak kacang goreng.  Penulisnya pun sempat mengutarakan bahwa ia pernah mendapatkan  satu kontainer Laskar Pelangi bajakan, sungguh luar biasa.  Banyak hal yang membuat novel Laskar Pelangi begitu sukses, tapi menurut  saya pribadi faktor terbesar itu adalah keikhlasan.   Andrea Hirata sang penulis tak menyangka novel itu bakal laris, awalnya ia membuat novel itu untuk didedikasikan kepada gurunya, ibu guru Muslimah.

Keikhlasan memang punya nilai tersendiri, seoarang ulama yang bernama Sayyid Djamaluddin Al Akbar berangkat dari Hadramaut, Yaman menuju Desa Tosora Kabupaten Wajo Sulawesi  Selatan untuk menyebarkan islam disana, akhirnya semua penduduk disana memeluk islam.  Kalau kita kunjungi makan beliau yang ada di Desa Tosora saat ini, kondisi sekitar makam belaiu masih seperti hutan lebat, kalau sekarang masih seperti hutan lebat kondisinya, bagaimana dengan keadaan desa itu ratusan tahun silam ? betapa keikhlasan beliau di dalam menyebarkan islam.  Bagi saya pribadi, kunci utama di dalam mengerjakan sesuatu itu adalah keikhlasan dan itu terjadi dalam penulisan novel Laskar Pelangi .

Kini novel itu difilmkan, apakah ia akan sukses, seperti suksesnya film ayat-ayat cinta? Itu tergantung dari niat film makernya, jika mereka memang merasa bahwa novel itu mempunyai banyak nilai positif yang dapat diambil oleh kita semua sehingga perlu untuk difilmkan insya Allah bakal laris, tapi kalau niatnya misalnya ingin menyamai bahkan melebihi kesuksesan film ayat-ayat cinta saya rasa sukses film Laskar Pelangi itu dibawah film ayat-ayat cinta

Selain faktor keihlasan sebenarya banyak faktor lain yang membuat sukses tidaknya kita dalam mengerjakan sesuatu, misalnya para Wali Songo disamping  keikhlasan mereka  di dalam dakwahnya, faktor yang tidak kalah pentingnya adalah mereka tidak langsung memberangus budaya dan tradisi  lokal setempat yang tidak islami , tetapi memodifikasi dan mengakulkturasi budaya dan tradisi masyarakat setempat sesuai dengan nilai-nilai islam, misalnya saja tradisi wayang kulit, beliau mengganti cerita agama Hindu  dan digantikan dengan cerita Agama Islam.

Begitupun dalam kasus sukses tidaknya  sebuah film, salah satu faktor yang menurut saya tidak kalah pentingnya adalah moment yang tepat di dalam pemutaran perdananya.  Hari ini, Kamis 25 september 2008, film Laskar Pelangi mulai tayang di bioskop Indonesia, sebenarnya ada semacam keraguan di dalam diri ini akan kesuksesan film itu jika dibandingkan dengan sukses film ayat-ayat cinta sebelumnya. Bukan apa-apa soalnya film itu ditayangkan menjelang lebaran, bukankah menjelang lebaran mesjid-mesjid mulai sepi jika dibandingkan dengan awal ramadhan, dimana sebagian besar kaum muslim beralih untuk mejeng dan “thawaf” di mall serta pusat perbelanjaan dan ibu-ibu makin sibuk dengan urusan dapurnya?.  Ini menandakan bahwa orang lebih fokus menggunakan uangnya untuk keperluan lebaran semisal baju baru dibanding untuk “hanya” menonton film Laskar Pelangi, jadi menurut saya pribadi adalah kurang tepat moment tayang perdana film itu menjelang lebaran.  Hal ini berbeda dengan film ayat-ayat cinta yang sukses itu, setelah film itu selesai dibuat, film maker ayat-ayat cinta menunggu moment yang tepat untuk meluncurkan film tersebut, muncul sebuah tanya, apakah hal yang sama juga dilakukan film maker Laskar Pelangi ?.  Terlepas dari itu semua, kita tunggu saja reaksi masyarakat terhadap pemutaran perdana film Laskar Pelangi, menurut saya pribadi ini merupakan indikasi awal sukses atau tidaknya film tersebut.

Makassar,  25 September 2008