Senin, 06 Desember 2010

Tidak Boleh Menentang Takdir Allah 2

Lanjutan Sebelumnya
 
Pada Ahad Pagi, 3 Syawal 545 H. Syaikh Abdul-Qadir AL-Jailani berceramah sebagai berikut :


……..Wahai ghulam, tidurlah di dalam pelukan takdir berbantalkan sabar, berselimut pasrah, sambil beribadah menantikan pertolongan Allah swt. Jika kamu berbuat demikian, Allah swt. akan melimpahkan karunia yang tidak kamu duga. Menyerahlah kepada ketentuan Allah swt., terimalah pesan ini. Kepasrahanku kepada takdir telah membuatku semakin dekat dengan Dzat Yang Maha menentukan. Kemarilah, kita bersimpuh di hadapan Allah swt., dan bersimpuh kepada takdir dan perbuatan-Nya. Kita tundukkan zhahir dan batin kita. Kita menerima takdir dan berjalan di atasnya. Kita memuliakan utusan raja karena melihat yang mengutusnya. Jika kita bersikap demikian terhadap-Nya, sikap itu akan mengantarkan kita untuk bershuhbah kepada-Nya.

“Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak.“ {Q.s. Al-Kahfi: 4}.

Engkau akan minum dari lautan Ilmu-Nya, memakan dari gugusan karunia-Nya, dan berbahagia dengan sentuhan rahmat-Nya. Sungguh, keadaan ini hanya diberikan kepada satu di antara sejuta orang. Wahai ghulam, engkau harus selalu bertakwa, janganlah mengikuti nafsu dan kawan-kawan yang jahat. Seorang mukmin tidak boleh lelah dalam memerangi mereka. Janganlah memasukkan pedang ke dalam sarungnya, bahkan jangan turun dari keduanya. Dia tidur seperti para wali, makan ketika telah lapar, yang dibicarakan dan diam telah menjadi perangai mereka. Hanya ketentuan Allah dan perbuatan Allah yang membuat mereka berbicara. Allah swt. yang menggerakkan lidah mereka untuk berbicara sebagaimana Allah akan menggerakkan anggota badan mereka untuk berbicara kelak pada Hari Kiamat. Allah swt. yang menjadikan sesuatu dapat berbicara sebagaimana menjadikan benda-benda dapat berbicara. Dia menyediakan sebab berbicara sehingga mereka dapat berbicara. Jika Allah swt. menghendaki itu semua untuk mereka, maka Allah akan menyediakannya. Allah swt. telah menghendaki agar berita gembira dan peringatan itu sampai kepada manusia. Agar kelak dapat meminta pertanggungjawaban ke atas mereka, maka Allah swt. telah mengutus para nabi dan rasul a.s.. Manakala Allah swt. telah mengirim para ulama untuk meneruskan kerja tersebut, maka Allah swt. telah mengirim para ulama untuk meneruskan kerja tersebut dan membangun umat manusia. Nabi saw. telah bersabda, "Ulama adalah pewaris para nabi."
Bersyukurlah kepada Allah swt. atas segala nikmat-Nya dan pandanglah bahwa kenikmatan itu datang dari-Nya, sebagaimana Dia telah berfirman:

"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)." {Q.s. An-Nahl: 531}.

Di manakah rasa syukurmu wahai orang-orang yang bergelimang dalam kenikmatan-Nya? Wahai orang yang menganggap kenikmatan itu datang dari selain-Nya. Terkadang engkau menganggap kenikmatan itu datang dari selain¬ya, terkadang engkau meremehkannya, terkadang engkau memandang pada sesuatu yang tidak ada padamu, bahkan terkadang engkau menggunakannya untuk mendurhakai-Nya.

Wahai ghulam, dalam kesunyianmu, engkau memerlukan sifat wara' untuk mengeluarkan dirimu dari kemaksiatan dan kesalahan. Engkau juga perlu bermuraqabah supaya menyadarkanmu mengenai pandangan-Nya kepadamu. Dalam kesunyianmu, engkau memerlukan hal itu. Kemudian engkau harus memerangi nafsu keinginan dan syaitan. Kebanyakan manusia binasa disebabkan oleh dosa. Kebanyakan ahli zuhud binasa, disebabkan oleh syahwat, dan kebanyakan wali binasa disebabkan oleh pikiran mereka pada waktu khalwat. Sedangkan para shiddiqin terkadang binasa karena kelengahan sekejap. Jadi, kesibukan mereka adalah menjaga hatinya. Karena mereka tertidur di pintu raja, mereka bangkit untuk berdakwah menyeru manusia agar mengenal Allah swt.. Tidak henti-hentinya mereka menyeru hati manusia. Mereka berkata, "Wahai hati, wahai ruh, wahai manusia dan jin, wahai yang menghendaki Allah, marilah menuju pintu Allah swt.. Berlarilah kemari dengan langkah-langkah hatimu, dengan langkah-langkah takwa dan Tauhidmu. Ma'rifat, wara', dan zuhud dari sesuatu selain-Nya lalah kesibukan para wali. Cita-cita mereka adalah kebaikan umat. Cita-cita mereka adalah memenuhi langit dan bumi.

Wahai ghulam, tinggalkan nafsu dan keinginanmu. Jadilah bumi di bawah telapak kaki para wali itu dan tanah di depan mereka. Al-Haq Azza wa Jalla telah mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dia mengeluarkan Nabi Ibrahim a.s. dari kedua ibu bapaknya yang mati dalam kekufuran. Orang mukmin itu ibarat hidup sedang orang kafir itu ibarat mati. Orang yang bertauhid itu hidup, sedangkan orang musyrik itu mati. Oleh karena itu Allah Swt. berfirman dalam hadits Qudsi:

"Orang yang pertama kali mati di antara makhluk-Ku adalah Iblis "

Yakni dia telah mendurhakai Allah swt. sehingga mati dengan sebab kemaksiatannya. Sekarang adalah zaman akhir, pada zaman ini telah muncul pasar kemunafikan dan kebohongan. Janganlah engkau duduk bersama orang-orang munafik, para pendusta dan pembohong. Celaka engkau; nafsumu pendusta, munafik, dan kufur, bahkan durhaka dan musyrik. Bagaimana engkau duduk dengannya? Tinggalkan ia dan jangan engkau ikuti bisikannya. Penjarakan ia. Berikan haknya saja, jangan lebih dari itu. Tahanlah ia dengan mujahadah. Adapun keinginan, tunggangilah ia agar jangan sampai menunggangimu. Juga watak, jangan temani ia. la seperti anak kecil yang belum berakal. Bagaimana mungkin engkau bisa belajar dari anak kecil? Syaitan adalah musuhmu dan,musuh ayahmu (Adam as). Bagaimana mungkin engkau dapat berdampingan dengannya? Engkau tidak akan selamat. Dia telah membunuh ayah dan ibumu. Jika engkau lengah sedikit saja, ia pasti akan membunuhmu. Jadikanlah takwa sebagai senjatamu. Kemudian tauhid, muraqabah, wara', shidiq, dan memohon pertolongan Allah swt. sebagai pasukanmu. Pedang dan pasukan itu akan menghancurkan syaitan dan tentaranya. Setelah itu engkau akan menang karena Allah swt. bersamamu.


Bersambung, Insya Allah