Kamis, 04 November 2010

Bacaan Bila Anda Ingin Memiliki Banyak Ilmu

Bila Anda ingin memiliki banyak ilmu , biasakanlah secara rutin setelah shalat wajib lima waktu  membaca ayat dibawah ini 3 kali :



Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (QS Al kahfi : 109)

Sujud Syukur Yang Aneh

“Koran Pak” kata seorang anak yang menghampiriku disebuah lampu merah sebulan yang lalu. Aku mengarahkan pandanganku kearah koran yang ia tawarkan. Sungguh aku terkejut melihat halaman depan Koran tersebut. Disana terpampang gambar seseorang yang tidak asing lagi bagiku sedang melakukan sujud syukur. Ia adalah dosenku, pembimbing laporan Pu ku dan juga warga yang seperumahan denganku. Beliau melakukan sujud syukur karena berdasarkan hasil Quick Count lembaga survey, beliau memenangkan pilkada di salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan dengan perolehan suara sebesar 40%. Sebagai seorang mahasiswa, anak bimbingan dan warga yang seperumahan dengan beliau, rasa bangga menyelimuti hatiku. Tapi rasa itu tidak berlangsung lama. Seingatku, para salafush saleh ketika mereka diangkat maupun ditunjuk menjadi pemimpin mereka tidak melakukan sujud syukur seperti itu, malah mereka menangis karena beratnya beban amanah yang harus mereka pikul.

Aku mengembara dalam sejarah, dengan mesin waktu membawa perhatianku ke zaman Umar bin khattab dan Umar bin Abdul Aziz. Umar bin khattab adalah salah seorang sahabat Rasulullah SAW. Ia dijuluki Al Faruq karena beliau merupakan pemisah antara kebenaran dan kebatilan, beliau juga dijuluki Abu Hafshin (Bapaknya Singa) karena keberaniannya.

Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, “Pada suatu hari Umar bin Khattab .ra memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.”
 
Umar pernah berkata kepada sahabat Mu’awiyah Bin Khadij-yang heran karena melihat dirinya jarang tidur: “Jika aku tidur siang hari maka aku akan menelantarkan rakyatku, dan jika aku tidur di malam hari aku menelantarkan diriku. Bagaimana aku bisa tidur dengan dua keadaan ini?”.

Abdullah, puteranya berkata, “Umar bin Khattab .ra berkata, “Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”

Kini perhatianku tertuju pada khalifah umar bin abdul Aziz, beliau adalah salah satu khalifah di zaman dinasti bani Umayyah. Beliau adalah sosok yang saleh, bertakwa, ahli ibadah, wara’, dan zuhud. Ia juga seorang pemimpin yang adil, lurus, dan cerdas, mencintai dan mengasihi rakyatnya, sayang dan baik kepada mereka. Ibadahnya kepada Allah tidak menyita perhatiannya untuk memperhatikan rakyatnya. Tak ada pembatas antara dia dan hal yang menjadi kepentingan rakyatnya sampai yang paling kecil dan sepele sekalipun.

Menjelang wafatnya Sulaiman (khalifah sebelum Umar bin abdul Aziz), penasihat kerajaan bernama Raja’ bin Haiwah menasihati beliau, “Wahai Amirul Mukminin, antara perkara yang menyebabkan engkau dijaga di dalam kubur dan menerima syafaat dari Allah di akhirat kelak adalah apabila engkau tinggalkan untuk orang Islam khalifah yang adil, maka siapakah pilihanmu?”. Jawab Khalifah Sulaiman, “Aku melihat Umar Ibn Abdul Aziz“.

Surat wasiat diarahkan supaya ditulis nama Umar bin Abdul-Aziz sebagai penerus kekhalifahan, tetapi dirahasiakan dari kalangan menteri dan keluarga. Sebelum wafatnya Sulaiman, beliau memerintahkan agar para menteri dan para gubernur berbai’ah dengan nama bakal khalifah yang tercantum dalam surat wasiat tersebut.

Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, “Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini”.

Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki”.

Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umar pulang ke rumah.

Hari kedua dilantik menjadi khalifah, beliau menyampaikan khutbah umum. Diujung khutbahnya, beliau berkata “Wahai manusia, tiada nabi setelah Muhammad saw dan tiada kitab setelah alQuran, aku bukan penentu hukum malah aku pelaksana hukum Allah, aku bukan ahli bid’ah malah aku seorang yang mengikut sunnah, aku bukan orang yang paling baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan ini sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak dosa disisi Allah” Beliau kemudian duduk dan menangis “Alangkah besarnya ujian Allah kepadak” sambung Umar Ibn Abdul Aziz.

Beliau pulang ke rumah dan menangis sehingga ditegur isteri “Apa yang Amirul Mukminin tangiskan?” Beliau mejawab “Wahai isteriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jabatan ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang yang miskin, ibu-ibu yang janda, anaknya banyak, rezekinya sedikit, aku teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’ kaum muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di akhirat kelak dan aku bimbang aku tidak dapat jawab pertanyaan- pertanyaan mereka sebagai khalifah kerana aku tahu, yang menjadi pembela di pihak mereka adalah Rasulullah saw” Isterinya juga turut mengalir air mata.

Kisah dua Umar diatas semakin menambah keyakinanku bahwa menjadi seorang pemimpin adalah hal yang berat dimana ia akan dimintai pertanggunjawaban terhadap yang dipimpinnya diakhirat kelak. Bagiku sujud syukur yang dilakukan oleh dosenku itu adalah sebuah keanehan. Sujud syukur seperti itu juga dilakukan oleh Gubernur baru Sulsel ketika ia terpilih beberapa waktu yang lalu. Apakah sujud syukur yang aneh itu juga akan dilakukan oleh gubernur jatim yang baru, walikota Makassar yang baru dan Presiden Indonesia yang baru ?. Kita tunggu.

Dari keanehan sujud syukur itu, aku menghirup aroma keanehan yang lain. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Prie GS, bahwa di dalam dunia pemulung tidak pernah kita kenakan istilah “Oknum” . Oknum itu cuma kita kenakan kepada profesi yang menurut kita hebat-hebat dan terhormat. Seperti misalnya Polisi, Tentara, Hakim, Pengacara, wartawan dan sebagainya. Tetapi karena kita tidak ingin berperkara dengan mereka, kita selalu menyebutnya oknum jika kita dapati ada seorang polisi menjadi tukang palak pada orang yang tengah berperkara, ada tentara yang mengamuk dipanti pijat, ada hakim berjualan perkara, ada pengacara Cuma mengulur-ngulur perkara. Orang-orang itu bukan polisi lagi, bukan tentara lagi, bukan hakim bukan pengacara tetapi oknum. Kita bisa mengerti bahwa penyimpangan kelakuan itu kita sebut sebagai ulah oknum. Tapi Kenapa ketika ada diantara pemulung yang mencuri,kita tidak pernah kenakan kata yang sama?
Ternyata di negeriku ini banyak juga keanehan-keanehan. Di bidang kehutanan, dalam hal negara pengeskpor kayu bulat, Indonesia berada dibawah Malaysia, padahal luas hutan Indonesia sangat besar dibanding Malaysia. Lagi-lagi sebuah keanehan.

Keanehan yang satu ini lebih parah dibanding ketiga keanehan sebelumnya, yaitu sikap para pecinta Dunia. Demi untuk memperoleh dunia, para pecintanya itu rela melakukakan apa saja, mulai dari jual harga diri ,pamer aurat, kerja pagi sampai pagi, tidak peduli halal haram dan lain sebagainya. Tapi lihatlah kebaikan dunia kepada para pecintanya itu, ia hanya memberikan lubang ukuran 1×2 meter untuk kubur para pecintanya. Dunia memang pelit kepada pecintanya.

Pencarianku terhadap keanehan terus berlanjut, sehingga aku menemukan keanehan yang lebih dahsyat lagi dibanding keanehan-keanehan sebelumnya, dan ternyata itu ada di dalam diriku sendiri. Aku tahu betapa betapa pelitnya dunia, betapa singkat masanya, betapa banya godaanya namun sedikit manfaatnya, betapa buas penghuninya dan hebat bencananya namun hati ini masih condong kepadanya.

Maka kuangkat lagi kedua tangan yang berlumur dosa ini

Ya Allah, hambamu yang hina ini menghadap kepadamu, melupakan segala sesuatunya untuk memohon kepadaMU. Selamatkanlah kami dari tipudaya dunia.

Ya Allah, hambamu yang faqir ini menghadap kepadamu, melupakan segala sesuatunya untuk memohon kepadaMU. Selamatkanlah kami dari tipudaya dunia.

Ya Allah, hambamu yang dhaif ini menghadap kepadamu, melupakan segala sesuatunya untuk memohon kepadaMU. Selamatkanlah kami dari tipudaya dunia.
 
Kota Daeng, 27 juli2008

Selasa, 02 November 2010

Tidak Boleh Menentang Takdir Allah (Part 1)

PADA ahad pagi, 3 syawal 545 H. Syaikh Abdul-Qadir Al-­Jailani rah.a. berceramah sebagai berikut :

Menentang Al-Haq Azza wa Jalla atas takdir yang telah ditentukan-Nya berarti kematian agama, kematian tauhid, bahkan kematian tawakkal  dan keikhlasan. Hati seorang mukmin tidak mengenal kata mengapa dan begaimana, tetapi ia hanya berkata,"Baik." Nafsu memang mempunyai waktu untuk suka menentang. Barang siapa ingin memperbaikinya, ia harus melatihnya hingga aman dari kejahatanya. Semua nafsu itu amat jahat. Bila dilatih dan menjadi jinak, maka ia menjadi sangat baik. la akan setia menjalankan seluruh ibadah dan meninggalkan semua kemaksiatan. Maka ketika itu akan dikatakan kepadanya:

"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. {Q.s. Al - Fajr: 27-281}.

Pada saat itu nafsu telah tenang, hilang kejahatannya, dan tidak berhubungan dengan makhluk. Bahkan ia akan bertemu nasabnya dengan ayahnya, Nabi Ibrahim a.s.. Jika ia telah keluar dari kungkungan nafsunya, ia berjalan tanpa keinginan dan hatinva menjadi tenang. Meski datang banyak tawaran dari makhluk, ia hanya mengatakan, "Aku tidak memerlukan pertolonganmu." Pengetahuannya terhadap keadaannya menjadikan dirinya tak perlu meminta. Ketika telah sempurna kepasrahan dan ketawakalannya, maka dikatakan kepada api,

"Wahai api, dinginlah, dan menjadilah keselamatan bagi Ibrahim.” (Q.s. Az.-Zumar: 10).

Tidak ada sesuatu yang Samar dalam pandangan Allah swt. Bersabarlah bersama-Nya sesaat saja, sungguh setelah itu akan melihat kelembutan dan kasih sayang-Nya selama bertahun­-tahun. Pemberani yang sesungguhnya adalah orang yang mau bersabar sesaat. "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (Q.S. Al-Baqarah: 153).

Bersabarlah dalam menunggu pertolongan dan kemenangan. Bersabarlah bersama-Nya. Sadarlah kepada-Nya, dan jangan melupakan-Nya. Janganlah engkau sadar setelah mati, karena sadar setelah mati itu tidak berguna bagimu. Sadarlah sebelum mati. Bangunlah sebelum kamu dibangunkan, supaya kamu tidak menyesal pada hari penyesalanmu yang tidak berguna dan perbaikilah hatimu, sesungguhnya jika hatimu baik, maka seluruh keadaanmu akan menjadi baik. Nabi saw. bersabda:

“Dalam diri anak Adam ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh jasadnya dan bila is buruk, akan buruklah seluruh jasadnya. Ingat ia adalah hati."

Hati dikatakan baik bila diisi dengan takwa, tawakal, tauhid, dan ikhlas kepada-Nya dalam semua amalan. Bila tidak ada sifat-sifat tersebut, berarti hati dalam keadaan rusak. Hati ibarat burung dalam sangkar, ibarat biji dalam kelopak, dan ibarat harta dalam gudang.Yakni ia seperti burung bukan sangkar, seperti biji bukan kelopak, dan seperti harta bukan gudangnya. Ya Allah, sibukkan anggota badan kami untuk menaati-Mu dan sibukkan hati kami untuk mengenali-Mu sepanjang hidup kami Siang dan malam. Masukkan kami dalam golongan orang-orang shalih terdahulu, berilah kami rezeki dengan sesuatu yang telah Engkau berikan kepada mereka. Engkau untuk kami sebagaimana Engkau untuk mereka. Amin.

Engkau untuk Allah swt. sebagaimana orang-orang shalih untuk-Nya sehingga engkau mendapat sesuatu sebagaimana yang mereka dapatkan. Jika engkau menginginkan Allah Azza wa Jalla bersamamu, maka sibukkanlah dirimu dengan menaati-Nya, sabar bersama-Nya, serta ridha akan perbuatan-­Nya terhadapmu. Kaum itu telah zuhud pada dunia dan mengambil bagian mereka daripadanya dengan tangan takwa dan wara'. Kemudian mereka mencari akhirat dan melakukan amal-amal untuknya. Mereka mendurhakai nafsunya dan mentaati Tuhannya. Mereka menasihati nafsunya sendiri kemudian menasihati orang lain.

Wahai ghulam, nasihatilah dirimu terlebih dahulu, barulah kemudian menasihati orang lain. Engkau harus lebih memperhatikan nasib dirimu. Janganlah engkau menoleh pada orang lain sedangkan dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Celaka Engkau. Engkau ingin menyelamatkan orang lain sedangkan dirimu sendiri dalam keadaan buta. Bagaimana orang buta dapat menuntun orang lain? Yang bisa menuntun manusia hanyalah orang yang dapat melihat. Yang bisa menolong mereka dari tenggelam di lautan hanyalah orang yang tangkas berenang. Yang dapat menuntun manusia kepada Allah Azza wa Jalla hanyalah orang yang telah memiliki ma'rifat kepada-Nya. Adapun orang yang tidak mengenal-­Nya, bagaimana mungkin bisa dapat menunjukkan kepada­Nya? Engkau tidak mempunyai hak untuk berbicara tentang kebebasan perilaku Allah swt. Engkau harus mencintai-Nya dan beramal untuk-Nya, bukan untuk lainnya. Hanya takut kepada­Nya, bukan kepada yang lain-Nya. Ini merupakan ungkapan hati, bukan hanya di lidah. Ini adalah bisikan nurani, bukan gerakan lahir. Jika tauhid berada di pintu rumah sedangkan syirik berada di dalam rumah, itu kemunafikan namanya. Celaka engkau, lidahmu takut tetapi hatimu menentang. Lidahmu bersyukur sedangkan hatimu kufur. Allah swt. berfirman dalam hadits Qudsi: "Wahai anak Adam, kebaikan-Ku turun kepadamu sedang keburukanmu naik kepada-Ku."

Celaka, engkau mengaku menjadi hamba-Nya, tetapi me­naati selain Dia. Jika engkau benar-benar hamba-Nya, engkau tentu akan setia kepada-Nya. Seorang mukmin yang yakin tidak pernah mengikuti nafsu, syaitan, dan keinginannya. Ia tidak mengenal syaitan, apalagi menaatinya. Ia tidak mempedulikan dunia, apalagi tunduk kepadanya. Bahkan ia akan menghina­kan dunia dan mencari akhirat. Jika dia berhasil meninggalkan dunia dan.sampai kepada Tuhannya, maka dia akan murni beribadah kepada-Nya sepanjang hayatnya, sebagaimana yang dikehendaki Allah swt.,

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan Memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam {menjalankan} agama dengan lurus." {Q.s. Al-Bayyinah : 5}.

Tinggalkanlah bersekutu dengan makhluk. Tauhidkanlah Al-Haq Azza wa Jalla. Dialah pencipta segala benda. Segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya. Wahai pencari sesuatu selain Dia, sesungguhnva engkau tidak berakal. Adakah sesuatu yang tidak terdapat dalam khazanah Allah swt.?

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya.” {Q.s. Al-Hijr: 21}.

Bersambung, Insya Allah

Hilangnya Sebuah Rasa

Mungkin kita pernah melihat bangunan piramid yang ada di Mesir atau bahkan pernah mengunjunginya, rasa takjub dan kagum bisa jadi hinggap dalam diri kita setelah melihatnya ,tapi tahukah kita?, bahwa piramid itu dibangun dengan mengangkut 800 juta bongkah batu dari Aswan ke Kairo yang dibawa oleh budak-budak yang jumlahnya sekitar 30.000 orang. Beratus-ratus dari mereka remuk dilindas beban berat. Mereka meninggal pada usia muda (sekitar 30 tahun) karena mengalami cedera tulang belakang, sementara yang masih hidup mesti terus mengangkut beban-beban berat. Piramid itu diselesaikan dalam waktu 20-30 tahun, konon dalam pembangunan Tembok Besar Cina orang-orang yang tidak bisa mengangkut beban-beban dilindas dengan batu-batu besar dan dijadikan bahan pembangun dinding itu bersama dengan batuan. BEGINILAH CARANYA MONUMEN BESAR PERADABAN ITU DIBANGUN, DIBANGUN DIATAS TULANG BELULANG PARA PEKERJANYA, ATAS NAMA KEMEGAHAN, KEINDAHAN, KEBESARAN, MONUMEN BESAR PERADABAN ITU HARUS MENGORBANKAN NYAWA PARA PEKERJANYA. Tiba-tiba rasa takjub dan kagum terhadap monumen besar peradaban itu berangsur-angsur hilang dan kini berubah menjadi benci, marah dan lain sebagainya.
***
Seorang pemuda sedang asyik duduk di sebuah taman, tiba-tiba lewat seorang gadis cantik berpakaian sangat sexy. Pemuda itu memandang sang gadis dengan penuh hasrat, ia kagum dan takjub dibuatnya, tiba-tiba si pemuda teringat sebuah hadits Rasululloh SAW yang berbunyi :

Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Rasa kagum dan takjub si pemuda itu kini berubah menjadi rasa iba, di dalam hatinya ia merintih, “Ya Allah, janganlah engkau jadikan ia menjadi hambamu yang tidak dapat mencium bau surgaMu, Ya Allah berikanlah ia hidayah”.

Terkadang rasa suka, kagum dan takjub muncul dari ketidaktahuan kita, setelah kita mengetahui hakekat sebenarnya, rasa itu hilang dan berubah menjadi benci, jengkel bahkan iba.


Ditulis di Makassar, 24 Mei 2008


Senin, 01 November 2010

Ramainya Pasar Kemunafikan dan Mall Kedustaan

Suatu hari Joko naik angkot menuju rumahnya, di tengah perjalanan ia terjebak kemacetan, ternyata di depan ada sekelompok mahasiswa yang melakukan demo mengenai kenaikan harga BBM.  Mereka menutup sebagian badan jalan dan membakar ban bekas (joko tidak dapat membayangkan, bagaimana jika ada mobil ambulance dimana di dalamnya ada seorang yang lagi sekarat  dan segera membutuhkan pertolongan atau seorang ibu yang sudah ingin melahirkan terjebak dalam kemacetan ini, haruskah demo dengan menutup jalan? tanya joko dalam hati).

"Menaikkan harga BBM di tengah keterpurukan ekonomi saat ini adalah sebuah bentuk kedzaliman, lawan kedzaliman, hapuskan kedzaliman dari negeri ini," sayup-sayup terdengar suara dari kerumunan pendemo.  Joko mengangkat pandangannya menuju sumber suara itu, ternyata yang berbicara itu adalah kak Anton, seniornya di kampus.  Tiba-tiba tawanya meledak, seisi angkot menatapnya, ”kenapa adik tertawa?, apakah adik senang dengan kenaikan harga BBM ini,” tanya ibu berjilbab merah jambu yang duduk di depannya. ” Bu, di zaman sekarang ini yang namanya pasar kemunafikan dan mall kedustaan makin ramai saja," "Maksud anda?,"  tanya  si pemuda yang berpakaian junkies dengan rambut ala mohawk dan anting di telinga kirinya memotong penjelasan Joko (kata orang sich ini namaya anak gaul, tetapi kalau kita mau berpikir lebih dalam, sebenarnya ia adalah korban mode, jadi selanjutnya kita panggil saja si korban mode).

"Apakah anda mengenal lelaki yang mengenakan kaos merah bergambar Che Guevara itu, joko menunjuk salah seorang di antara pendemo itu."Si korban mode menggelengkan kepalanya," dia itu senior saya di kampus namanya kak Anton. Dialah yang tadi mengatakan ”Menaikkan harga BBM di tengah keterpurukan ekonomi saat ini adalah sebuah bentuk kedzaliman, lawan kedzaliman, hapuskan kedzaliman dari bumi Indonesia ini” dan perlu anda ketahui, seminggu yang lalu ia mengospek kami dengan begitu dzalim.  Tamparan, pukulan, tendangan, cacian, makian dan berbagai bentuk kekerasan fisik dan mental menjadi makanan kami sehari-sari selama menjalani OSPEK.  Hari ini ia berkoar-koar untuk melawan dan menghapus kedzaliman.  Apakah itu bukan suatu hal yang lucu, menggelikan sekaligus memuakkan?."  Joko berhenti sejenak, lalu ia melanjutkan penjelasannya dengan nada tinggi.
"Inilah zaman dimana pasar kemunafikan dan mall kedustaan makin ramai saja

Banyak orang mengatakan LAA ILAHA ILLALLAH (tidak ada tuhan selain Allah), tetapi mereka menuhankan mahluk, harta, tahta dan wanita
Banyak orang mengatakan ALLAHU AKBAR (Allah Maha Besar), tetapi yang besar di hati mereka adalah mahluk, harta, tahta dan wanita.

Dan tentu saja, banyak orang yang berteriak-teriak melawan kedzaliman, sedang ia sendiri adalah pelaku kedzaliman." 

"Saya juga mahasiswa seperti anda dan mengalami apa yang anda alami," kata Si Korban Mode.  "Saya juga tidak habis pikir mengapa para senior  mengospek kami dengan begitu kejam, apakah mereka suka, senang dan bahagia ketika mereka diospek dulu.  Mengapa tidak ada ada yang berlapang dada dengan berprinsip cukup saya saja yang mengalaminya, dan saya akan menjadi senior yang menjadikan ospek tanpa adanya kekerasan baik fisik maupun mental.  Jadi apa yang yang anda istilahkan dengan ramainya pasar kemunafikan dan mall kedustaan itu benar adanya.  Kita membenci para koruptor kenapa bukan kita yang korupsi, kita membenci maling kenapa bukan kita yang maling, setelah ditindas kita mempersiapkan kekuatan untuk balik menindas, setelah dizalimi kita menyusun barisan untuk balik mendzalimi, setelah diperbudak menyatukan langkah untuk memperbudak”.

"Hehe, betul apa yang adik-adik katakan itu," kata pak tua yang duduk di samping Joko. Inilah potret negeri yang kita cintai ini, ramainya pasar kemunafikan dan mall kedustaan disebabkan karena kita-kita ini mengidap penyakit kronis.  "Penyakit apa itu pak?" tanya penumpang lainnya serempak. "Penyakit itu bernama kegersangan spiritual.  Sewaktu saya muda dulu, masih terdengar sayup-sayup suara orang membaca Al-Qur`an dari rumah mereka setelah waktu Magrhib.  Tapi sekarang, kita ini lebih suka menonton sinetron, lebih suka menonton kontes nyanyi dan berbagai macam acara di TV.  Setelah acara itu selesai barulah kita shalat maghrib, shalat maghrib mendekati waktu isya.  Bagi kita, Allah hanyalah waktu sisa."

"Saya setuju dengan bapak," kata pak sopir yang sedari tadi asyik mendengarkan perbincangan mereka. "Bagaimana di negeri ini orang-orang tidak mengalami kegersangan spiritual, orang-orang lebih mengidolakan artis dibanding Rasulullah Muhammad SAW, para ulama dan shalihin. Padahal artis itu belum jelas, apakah wajah mereka sering terkena air wudhu atau tidak, apakah mereka sering bersujud kepada Allah atau tidak.  Akibatnya kita jauh dari agama, jauh dari ulama, kurang mengenal Allah, kurang mengerti halal dan haram, tidak takut dan cinta kepadaNya."

”Bukan hanya itu, sambung joko.  Ada kecendrungan teman-teman saya di kampus lebih tertarik untuk mengkaji pemikiran Karl Max, Jean Paul Sastre, Heidegger, Hegel, Nietzche, Che Guevara dibanding ulama-ulama besar sekaliber Syeikh Abdul Qadir Jaelani, Imam Al-Ghazali, Imam Nawawi, Imam Ibnu Athaillah dan yang lainnya.  Apakah Jean Paul Sastre, Heidegger, Hegel, Nietzche dan yang lainnya itu lebih zuhud, lebih wara, lebih tawadhu, lebih ikhlas dan lebih takwa dibanding ulama-ulama semisal Syeikh Abdul Qadir Jaelani, Imam Al-Ghazali, Imam Nawawi dan Imam Ibnu Athaillah?.   Akibat dari sikap seperti ini, kita jauh dari pesan spiritual dan kalam hikmah para ulama dan itu makin menambah kegersangan spiritual kita.  Kegersangan spirituallah yang mengakibatkan munculnya sifat munafik, dzalim, rakus, serakah, suka menindas dan sifat-sifat tercela lainnya.  sifat-sifat tercela ini merupakan bencana moral bagi kita, bencana moral yang akan mengakibatkan timbulnya bencana alam.”

"Negeri ini memang menyimpan 1001 masalah di berbagai sektor, mana ada sich urusan yang lancar tanpa uang pelicin di negeri ini," ibu berjilbab merah jambu yang duduk di depan  Joko juga ikut bicara.  Selanjutnya diikuti oleh seisi angkot (kecuali anak berseragam SMP yang duduk di dekat pintu keluar), masing-masing dari mereka mengeluarkan keluh kesah mengenai kondisi negeri ini.  Ada yang mengeluh mengenai mahalnya biaya pendidikan, mahalnya harga barang kebutuhan pokok, Ada yang mengeluh mengenai sikap elit politik yang saling menjatuhkan, Ada yang mengeluh mengenai  aset-aset negara yang dijual ke asing dan berbagai macam keluhan lainnya.

Suasana diatas angkot itu kini berubah menjadi ajang keluh kesah terhadap negeri yang mereka diami, mereka bangga dan tak mau kalah dengan keluhannya masing-masing.  "Maaf bapak-bapak dan ibu-ibu” anak berseragam SMP yang duduk di dekat pintu keluar itu buka suara, "saya juga prihatin dengan kondisi negeri ini, tapi apakah dengan mengeluhkannya permasalahan negeri ini akan selesai?.  Seandainya mengeluh itu menyelesaikan masalah, maka marilah kita mengeluh berjamaah.  Permasalahan bangsa ini akan teratasi jika kita masing-masing memperbaiki diri, setelah itu memperbaiki keluarga kita, selanjutnya masyarakat kita dan negeri yang kita cintai ini.  Sebagaimana yang pernah dikatakan Syaikh Abdul-Qadir Al-­Jailani Wahai ghulam, nasihatilah dirimu terlebih dahulu, barulah kemudian menasihati orang lain. Engkau harus lebih memperhatikan nasib dirimu. Janganlah engkau menoleh pada orang lain sedangkan dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Celaka Engkau. Engkau ingin menyelamatkan orang lain sedangkan dirimu sendiri dalam keadaan buta. Bagaimana orang buta dapat menuntun orang lain? Yang bisa menuntun manusia hanyalah orang yang dapat melihat. Yang bisa menolong mereka dari tenggelam di lautan hanyalah orang yang tangkas berenang.”

Semua penumpang diatas angkot itu terdiam, anak berseragam SMP itu telah menampar kesadaran mereka bahwa keluhan-keluhan yang mereka muntahkan itu  sungguh tidak akan menyelesaikan masalah.
"Turun, turuuun..., tiba-tiba sekelompok orang menghadang angkot yang mereka tumpangi.  "Ada apa,” tanya pak sopir kepada salah seorang diantara mereka.  Begini pak, mulai pukul 12.00 siang ini, seluruh angkot di kota ini harus berhenti beroperasi, ini sebagai protes agar  tarif angkutan umum harus segera dinaikkan menyusul kenaikan harga BBM.  Maka dengan berat hati pak sopir menyuruh penumpangnya turun.  Kini tak pun satu angkot beroperasi, Joko melanjutkan perjalananya dengan berjalan kaki, selama dalam perjalanan ia selalu terngiang-ngiang dengan perkataan anak berseragam SMP di angkot yang ia tumpangi tadi.  Sebenarnya ia agak gengsi juga dinasehati oleh seorang pelajar SMP, tapi ia teringat nasehat Imam Ali Bin Abi Thalib "Usahlah kau lihat dari mana datangnya, tapi lihatlah apa yang ia katakan.”

Makassar, 19 Juni 2008