Minggu, 05 Desember 2010

Senandung Cinta

Wasilah manakah yang lebih memberi syafa'at,
amal apakah yang lebih bermanfaat
daripada membacakan shalawat untuk orang,
yang Allah SWT dan para malaikatNya bershalawat untuknya
dan diberi keistimewaan dengan "kedekatan yang agung" kepadaNya
di dunia dan akhirat

Shalawat terhadapnya saw adalah cahaya teragung.
ia adalah bisnis yang tidak pernah rugi.
Ia adalah wiridan para wali, petang dan pagi.
Maka jagalah selalu, shalawat untuk Nabimu saw,
karena dengannya kamu akan terbebas dari kesesatan.
dan amalmu akan jernih
kamu akan menggapai angan tertinggi

Hatimu akan bersinar.
Merengkuh kerelaan Tuhanmu.
Selamat dari segala kegelisahan yang menggelayut
Pada hari puncak ketakutan dan kegetiran
Semoga cinta dan kedamainNya menyertainya


Senandung Al-Hafidz as-Sakhawi yang terekam dalam kitabnya, al-Qaul Badi'

Doa Sebelum Makan

Seorang santri memanfaatkan hari liburnya untuk pergi berburu. Walau tidak ahli dalam berburu, ia bergaya dengan pakaian ala koboy lengkap dengan senapannya. Lokasi yang dituju adalah sebuah hutan yang terletak kira-kira 20 km dari rumahnya.

Sesampainya di hutan, ia langsung menembak apa saja mencurigakan walaupun sasarannya tidak jelas. Peluru-peluru yang dimuntahkannya memikik suara. Hutan yang tadinya hening sepi kini seakan terjadi saling baku tembak.

Tak lama kemudian, suara itu terhenti karena peluru senapannya habis. Namun diluar dugaan, terdengarlah raungan keras raja hutan yang pekakkan telinga, sadar dirinya dalam bahaya, ia lari sekencang-kencangnya, hingga mengantarkannya di bibir sebuah jurang.

Langkahnya terhenti, lalu ia menoleh ke arah belakang, seketika mimik wajahnya langsung pucat pasi, karena harimau itu berdiri gagah di hadapannya. Dalam suasana genting seperti itu dia teringat akan dzikir-dzikirnya, bibirnya langsung berkomat kamit membaca semua dzikir yang dihafalnya.

Sorot matanya membeliak ketika ia melihat si raja hutan angkat tangan. Setetes kedamaian langsung menghinggapi jiwanya, karena ia yakin harimau itu berbalik menyerah. Ia hampiri si raja hutan itu untuk meyakinkannya, namun wajahnya bertambah pucat ketika mendengar si raja hutan membaca “Allahumma bariklana fima razaktana wakina adzabannar” (Doa sebelum makan).


Sumber : Majalah Cahaya Nabawiy Edisi No.72 Jumadil Ula 1430 H/Mei 2009

Adab Menuntut Ilmu

Sebagai seorang penuntut ilmu, sebaiknya anda tidak duduk di majelis ilmu kecuali dalam keadaan berwudhu; dan jika memungkinkan, menghadaplah ke kiblat, karena akan lebih mempercepat terbukanya ilmu. Duduklah dengan sopan, jangan banyak ulah, jangan berbicara dengan orang di samping Anda ketika pelajaran sedang berlangsung, dan jangan menyibukkan diri dengan membaca atau menulis ketika guru sedang menjelaskan. Dengarkanlah apa yang disampaikan guru anda. Hormatilah dan muliakanlah dia, karena kebaikan itu termasuk sifat orang salaf.


Para ulama menyebutkan, orang-orang yang menghormati guru (syaikh)nya serta menjaga tata krama dengan mereka,akan dipanjangkan umurnya oleh allah SWT; dan mereka pun dihormati, sebagaimana yang mereka lakukan kepada guru mereka. Jika berbuat sebaliknya, sebaliknya pula yang akan mereka alami.

Jika anda bertanya kepada guru anda, bertanyalah dengan sopan, dengan suara rendah, dan merujuklah kepada kebenaran. Ikutilah ke mana ia melangkah. Tinggalkanlah kefanatikan untuk menuruti pemahaman anda sendiri walaupun guru anda menyatakan sesuatu yang berbeda dengan kenyataan. Jika anda telah memilih guru yang tepat, pada akhirnya anda akan membuktikan kebenaran apa yang ia katakan.

Jangan tergesa-gesa memberikan tanggapan seperti mengatakan, "Salah Kiai." atau, "Masalahnya tidak seperti yang guru katakan." Melainkan katakanlah, "Mungkin begini..." Atau jika nashnya ada pada anda, tunjukkanlah padanya. Ini merupakan akhlak mulia, walaupun cukup berat untuk dilakukan oleh para penuntut ilmu kecuali mereka yang benar-benar memahaminya.

Berlaku sopanlah terhadap saudara-saudara anda sesama pelajar, dan jangan anda menganggap diri anda mempunyai hak (untuk mengusai) terhadap mereka. Rendahkanlah hati anda kepada mereka, karena rendah hati itu merupakan akhlak orang-orang yang baik. Seperti yang diucapkan oleh Habib Abdullah Al-Haddad :
 
Ridhalah engkau dengan kerendahan hati

sungguh ia budi pekerti orang-orang yang baik

maka teladanilah mereka

engkau akan selamat dari penyakit.



Orang yang rendah hati itu dicintai, sedangkan orang yang sombong itu dibenci. Kesombongan tidak akan menambah apa-apa pada diri anda, bahkan ia akan mengurangi kedudukan anda di sisi Allah dan disisi mahluk-Nya.

Kemudian siapkanlah tinta, pena dan buku tulis untuk mencatat apa yang anda peroleh dari hasil belajar. Sesungguhnya ilmu itu adalah hewan buruan, dan tulisan adalah tali pengikatnya, seperti yan dikatakan dalam sebuah syair :


Ilmu adalah buruan

dan tulisan adalah tali pengikatnya

Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat

Termasuk pandir

orang-orang yang memburu seekor kijang

lalu kijang itu dilepasnya ditengah-tengah mahluk secara bebas



Hafalkanlah apa yang anda tulis, karena tak berguna mencatat tanpa dihafal. Jika ada seorang pelajar yang ingin mencatat hasil pelajaran anda, berikanlah dan tolonglah ia. dan jangan sekali-kali hasud atau dengki kepadanya. Karena sifat hasud itu buruk dan merupakan penyakit bagi ilmu yang telah anda peroleh



Sumber : Bonus Majalah Alkisah, Edisi 13/2007

Berdialog dengan Satu Detik


Oleh : Asy-Syeikh Jasiem Al-Muthawi'

Pada suatu hari aku duduk dan menghadapkan hati ini ke hadirat Allah sambil menyesali rentangan usia yang telah kulalui. Kupanggil satu detik dari waktu hidupku. Aku katakan kepadanya :

"Aku harap agar engkau mau kembali kepadaku, supaya aku dapat menggunakanmu untuk berbuat kebajikan."

"Sesungguhnya tidak ada waktu yang sudi berkompromi untuk berhenti."

"Wahai detik, aku memohon...kembalilah kepadaku agar aku dapat memanfaatkanmu dan mengisi kekuranganku pada dirimu."

"Bagaimana aku dapat kembali kepadamu, padahal aku telah tertutup oleh perbuatan-perbuatanmu."

"Coba lakukanlah hal yang mustahil itu dan kembalilah kepadaku!. Betapa banyak detik-detik selainmu yang kusia-siakan."

"Seandainya kekuasaan ada ditanganku, pastilah aku kembali kepadamu, namun tiada kehidupan bagiku. Dan itu terlipat oleh lembaran-lembaran
amalmu dan diserahkan kepada Allah SWT."

"Apakah mustahil jika engkau kembali kepadaku, padahal saat ini engkau sedang berbicara kepadaku?."

"Sesungguhnya detik-detik dalam kehidupan manusia ada yang dapat menjadi kawan setia dan adakalanya ia menjadi musuh besarnya. Aku adalah termasuk detik-detik yang menjadi musuhmu dan yang akan menjadi saksi atasmu di hari kiamat kelak. Mungkinkah akan bertemu dua orang yang saling bermusuhan."

"Waduh, alangkah menyesalnya aku!. Betapa aku telah sering menyia-nyiakan detik-detik perjalanan hidupku. Tetapi sekali lagi kumohon sekiranya engkau sudi kembali kepadaku, niscaya aku akan beramal saleh didalammu yang pernah kutinggalkan."

Maka detik itupun terdiam, tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Aku pun lantas memanggilnya :

"Wahai detik, tidakkah engkau dengar panggilanku?. Kumohon jawablah!"

"Wahai orang yang lalai akan dirinya. Wahai orang yang menyia-nyiakan waktunya. Tahukah engkau, saat ini, demi mengembalikan satu detik saja, sesungguhnya engkau telah menyia-nyiakan beberapa detik dari umurmu. Mungkinkah engkau dapat mengembalikan mereka pula?. Namun aku hanya dapat berpesan kepadamu. Sesungguhnya segala perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa segala perbuatan yang buruk."

Oleh karena itu, wahai sahabatku, beramallah, bersungguh-sungguhlah, bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada. Ikutilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapusnya. Dan bergaullah dengan sesama manusia dengan budi pekerti yang luhur.

[Disarikan dari Efisiensi Waktu Konsep Islam, Jasiem M.Badr Al-Muthawi', cetakan I, 2000, penerbit Risalah Gusti, Surabaya]



Sumber : www.almuhajir.net