Selasa, 02 November 2010

Tidak Boleh Menentang Takdir Allah (Part 1)

PADA ahad pagi, 3 syawal 545 H. Syaikh Abdul-Qadir Al-­Jailani rah.a. berceramah sebagai berikut :

Menentang Al-Haq Azza wa Jalla atas takdir yang telah ditentukan-Nya berarti kematian agama, kematian tauhid, bahkan kematian tawakkal  dan keikhlasan. Hati seorang mukmin tidak mengenal kata mengapa dan begaimana, tetapi ia hanya berkata,"Baik." Nafsu memang mempunyai waktu untuk suka menentang. Barang siapa ingin memperbaikinya, ia harus melatihnya hingga aman dari kejahatanya. Semua nafsu itu amat jahat. Bila dilatih dan menjadi jinak, maka ia menjadi sangat baik. la akan setia menjalankan seluruh ibadah dan meninggalkan semua kemaksiatan. Maka ketika itu akan dikatakan kepadanya:

"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. {Q.s. Al - Fajr: 27-281}.

Pada saat itu nafsu telah tenang, hilang kejahatannya, dan tidak berhubungan dengan makhluk. Bahkan ia akan bertemu nasabnya dengan ayahnya, Nabi Ibrahim a.s.. Jika ia telah keluar dari kungkungan nafsunya, ia berjalan tanpa keinginan dan hatinva menjadi tenang. Meski datang banyak tawaran dari makhluk, ia hanya mengatakan, "Aku tidak memerlukan pertolonganmu." Pengetahuannya terhadap keadaannya menjadikan dirinya tak perlu meminta. Ketika telah sempurna kepasrahan dan ketawakalannya, maka dikatakan kepada api,

"Wahai api, dinginlah, dan menjadilah keselamatan bagi Ibrahim.” (Q.s. Az.-Zumar: 10).

Tidak ada sesuatu yang Samar dalam pandangan Allah swt. Bersabarlah bersama-Nya sesaat saja, sungguh setelah itu akan melihat kelembutan dan kasih sayang-Nya selama bertahun­-tahun. Pemberani yang sesungguhnya adalah orang yang mau bersabar sesaat. "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (Q.S. Al-Baqarah: 153).

Bersabarlah dalam menunggu pertolongan dan kemenangan. Bersabarlah bersama-Nya. Sadarlah kepada-Nya, dan jangan melupakan-Nya. Janganlah engkau sadar setelah mati, karena sadar setelah mati itu tidak berguna bagimu. Sadarlah sebelum mati. Bangunlah sebelum kamu dibangunkan, supaya kamu tidak menyesal pada hari penyesalanmu yang tidak berguna dan perbaikilah hatimu, sesungguhnya jika hatimu baik, maka seluruh keadaanmu akan menjadi baik. Nabi saw. bersabda:

“Dalam diri anak Adam ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh jasadnya dan bila is buruk, akan buruklah seluruh jasadnya. Ingat ia adalah hati."

Hati dikatakan baik bila diisi dengan takwa, tawakal, tauhid, dan ikhlas kepada-Nya dalam semua amalan. Bila tidak ada sifat-sifat tersebut, berarti hati dalam keadaan rusak. Hati ibarat burung dalam sangkar, ibarat biji dalam kelopak, dan ibarat harta dalam gudang.Yakni ia seperti burung bukan sangkar, seperti biji bukan kelopak, dan seperti harta bukan gudangnya. Ya Allah, sibukkan anggota badan kami untuk menaati-Mu dan sibukkan hati kami untuk mengenali-Mu sepanjang hidup kami Siang dan malam. Masukkan kami dalam golongan orang-orang shalih terdahulu, berilah kami rezeki dengan sesuatu yang telah Engkau berikan kepada mereka. Engkau untuk kami sebagaimana Engkau untuk mereka. Amin.

Engkau untuk Allah swt. sebagaimana orang-orang shalih untuk-Nya sehingga engkau mendapat sesuatu sebagaimana yang mereka dapatkan. Jika engkau menginginkan Allah Azza wa Jalla bersamamu, maka sibukkanlah dirimu dengan menaati-Nya, sabar bersama-Nya, serta ridha akan perbuatan-­Nya terhadapmu. Kaum itu telah zuhud pada dunia dan mengambil bagian mereka daripadanya dengan tangan takwa dan wara'. Kemudian mereka mencari akhirat dan melakukan amal-amal untuknya. Mereka mendurhakai nafsunya dan mentaati Tuhannya. Mereka menasihati nafsunya sendiri kemudian menasihati orang lain.

Wahai ghulam, nasihatilah dirimu terlebih dahulu, barulah kemudian menasihati orang lain. Engkau harus lebih memperhatikan nasib dirimu. Janganlah engkau menoleh pada orang lain sedangkan dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Celaka Engkau. Engkau ingin menyelamatkan orang lain sedangkan dirimu sendiri dalam keadaan buta. Bagaimana orang buta dapat menuntun orang lain? Yang bisa menuntun manusia hanyalah orang yang dapat melihat. Yang bisa menolong mereka dari tenggelam di lautan hanyalah orang yang tangkas berenang. Yang dapat menuntun manusia kepada Allah Azza wa Jalla hanyalah orang yang telah memiliki ma'rifat kepada-Nya. Adapun orang yang tidak mengenal-­Nya, bagaimana mungkin bisa dapat menunjukkan kepada­Nya? Engkau tidak mempunyai hak untuk berbicara tentang kebebasan perilaku Allah swt. Engkau harus mencintai-Nya dan beramal untuk-Nya, bukan untuk lainnya. Hanya takut kepada­Nya, bukan kepada yang lain-Nya. Ini merupakan ungkapan hati, bukan hanya di lidah. Ini adalah bisikan nurani, bukan gerakan lahir. Jika tauhid berada di pintu rumah sedangkan syirik berada di dalam rumah, itu kemunafikan namanya. Celaka engkau, lidahmu takut tetapi hatimu menentang. Lidahmu bersyukur sedangkan hatimu kufur. Allah swt. berfirman dalam hadits Qudsi: "Wahai anak Adam, kebaikan-Ku turun kepadamu sedang keburukanmu naik kepada-Ku."

Celaka, engkau mengaku menjadi hamba-Nya, tetapi me­naati selain Dia. Jika engkau benar-benar hamba-Nya, engkau tentu akan setia kepada-Nya. Seorang mukmin yang yakin tidak pernah mengikuti nafsu, syaitan, dan keinginannya. Ia tidak mengenal syaitan, apalagi menaatinya. Ia tidak mempedulikan dunia, apalagi tunduk kepadanya. Bahkan ia akan menghina­kan dunia dan mencari akhirat. Jika dia berhasil meninggalkan dunia dan.sampai kepada Tuhannya, maka dia akan murni beribadah kepada-Nya sepanjang hayatnya, sebagaimana yang dikehendaki Allah swt.,

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah kepada Allah dengan Memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam {menjalankan} agama dengan lurus." {Q.s. Al-Bayyinah : 5}.

Tinggalkanlah bersekutu dengan makhluk. Tauhidkanlah Al-Haq Azza wa Jalla. Dialah pencipta segala benda. Segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya. Wahai pencari sesuatu selain Dia, sesungguhnva engkau tidak berakal. Adakah sesuatu yang tidak terdapat dalam khazanah Allah swt.?

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya.” {Q.s. Al-Hijr: 21}.

Bersambung, Insya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar